Monday, November 30, 2009

TERNAK LELE PANEN SETIAP 3 BULAN

Dari sekadar pemanfaatan lahan kosong, ternak lele bisa menjadi lahan menjanjikan bagi sekelompok usaha kecil di Desa Gondoriyo, Semarang. Dengan modal kredit Taskin sebesar Rp 18 juta dari Bank BPD Jateng, wirausaha berkelompok ini terbilang sukses. Benarkah?

Usaha yang dilakoni Satiman mungkin tidak berhasil bila dilakukan sendiri. Ini disadarinya ketika berencana memulai budi daya ikan mas dan lele. Tidak sedikit teman-teman terdekatnya yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk dibuat kolam ikan, seringkali gagal. Maklum, lahan pekarangan di sekitar rumah penduduk desa Desa Gondoriyo, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, terbilang cukup luas.

Beruntung, Satiman dan beberapa temannya mendengar selentingan kabar dari desa tetangga bahwa Bank BPD Jateng siap memberi modal pada kelompok usaha kecil yang memiliki motifasi kuat untuk mengembangkan usaha. Tanpa membuang waktu, mereka yang tergolong telah memulai usaha pembudidayaan ikan pun mulai menggabungkan diri membentuk kelompok usaha bernama Kelompok Ngesti Ajuning Tani Ikan dan diketuai oleh Gunardi. Dalam kelompok ini, Satiman terpilih sebagai bendahara.

Bersumber dari motivasi kuat untuk saling membantu anggota kelompok, pada Maret 2000 lalu kelompok ini berhasil mendapat plafon kredit sebesar Rp 18 juta dari Bank BPD Jateng. Dana yang dikenal sebagai kredit Taskin (Pengentasan Kemiskinan) ini berasal dari Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (YDSM) melalui Bank BPD Jateng. Tujuan utama penyaluran kredit taskin ini adalah untuk mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat.

Sejak dikucurkannya dana Taskin di desa Gondoriyo, lebih dari 30 kolam ikan menghiasi rumah-rumah penduduk dan menjadi mata pencaharian cukup menjanjikan. Bisa digambarkan, dari 15 anggota kelompok umumnya memiliki 2 - 5 kolam yang bisa dipanen setiap tiga bulan. Dari kredit taskin itu, mereka meraup keuntungan sebesar Rp 450 ribu setiap panen atau sekitar Rp 150.000 per bulan untuk satu kolam.

Dari bantuan modal ini, Satiman mendapat modal sebesar Rp 1.680.000 dan mulai mengembangkan ternak ikan dari dua kolam menjadi tiga kolam ikan. Dipilihnya lele sebagai budi daya ikan paling laris, ungkap Satiman, karena selain dikenal memiliki gizi cukup tinggi, lele juga memiliki tingkat pemeliharaan cukup mudah.
Untuk pemberian pakan, ia dan teman-temannya tidak perlu membeli dari pasar cukup dengan daun pepaya dan daun singkong dicampur ampas tahu. Ampas tahu ini pun diperolehnya dari rekan lainnya yang tidak melulu beternak ikan, tapi juga memproduksi tahu. Dari sini, mereka saling barter. “Hitung-hitung kalau panen lele ini gagal, masih ada usaha lainnya,” cetusnya.

Setiap kolam yang masing-masing berukuran 2 X 4 meter ini, kata Satiman, ditebari 1500 bibit lele usia 3 minggu. Bibit ini diperoleh dari desa tetangga. Tanpa menunggu waktu lama, setelah usia tiga bulan ternak lele siap di panen dan dijual ke pasar. ()

No comments:

Post a Comment